top of page
  • Gambar penulisputra tundan

Jaranan Turonggo Putro 1995

Diperbarui: 6 Jul 2020

Pitutur Dalang membuka pagelaran,

Cambuk-cambuk mulai dilecutkan,

Para Bopo membuka pintu-pintu gaib,

Pangeran-pangeran tampan pun muncul, menari-nari diatas tunggangan para Dewa,

Diiringi suara gamelan mengalun-alun terdengar sayup,

Menggetarkan hati setiap orang yang mendengarnya,



ya.. inilah kesenian Jaranan, Kuda-kuda kepang yang menggambarkan para penggiring pasukan Klono Sewandono dari Wengker. Tarian jaranan ini memiliki cerita dalam tariannya. Yakni cerita mengenai, seorang putri yang bernama Dewi Sangga Langit putri dari Raja Airlangga. Dia adalah orang Kediri yang sangat cantik. Pada waktu itu banyak sekali yang melamar, maka sang putri mengadakan sebuah sayembara. Para pelamar-pelamar Dewi Songgo Langit semuanya sakti. Mereka sama-sama memiliki kekuatan dan ilmu yang tinggi. Dewi Songgo Langit sebenarnya tidak mau menikah dan dia Ingin menjadi seorang petapa. Namun, Prabu Airlangga memaksa Dewi Songgo Langit untuk segera menikah. Akhirnya dia mau menikah dengan satu permintaan. Yaitu, barang siapa yang bisa membuat kesenian yang belum ada di Pulau Jawa, dia akan jadikan suaminya.


Dari para pelamar Dewi Sangga Langit itu, ada beberapa orang-orang hebat yang ingin melamarnya. Diantaranya adalah Klono Sewandono dari Wengker, Toh Bagus Utusan Singo Barong Dari Blitar, kalawraha seorang adipati dari pesisir kidul, dan 4 prajurit yang berasal dari Blitar. Para pelamar bersama-sama mengikuti sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit. Mereka berangkat dari tempatnya masing-masing menuju Kediri untuk melamar Dewi Songgo Langit.

Dari beberapa pelamar itu mereka bertemu dijalan dan bertarung terlebih dahulu sebelum mengikuti sayembara di Kediri. Pertarungan tersebut dimenangkan oleh Klana Sewandono atau Pujangganom. Dalam pertempuran itu Pujangganom menang dan Singo Ludoyo kalah. Pada saat kekalahan Singo Ludoyo, rupanya singo Ludoyo memiliki janji dengan Pujangganom. Singa Ludoyo meminta jangan dibunuh. Pujangganom rupanya menyepakati kesepakatan itu. Akan tetapi Pujangganom memiliki syarat yaitu Singo Barong harus mengiring temantenya dengan Dewi Sangga Langit ke Wengker.



Iring-iringan temanten itu harus diiringi oleh jaran-jaran dengan melewati bawah tanah dengan diiringi oleh alat musik yang berasal dari bambu dan besi. Pada zaman sekarang besi ini menjadi kenong. Dan bambu itu menjadi terompet dan jaranan.

Dalam perjalanan mengiringi temantenya Dewi Songgo Langit dengan Pujangganom itu, Singo Ludoyo beranggapan bahwa dirinya sudah sampai ke Wengker, tetapi ternyata dia masih sampai di Gunung Liman. Dia marah-marah pada waktu itu sehingga dia mengobrak-abrik Gunung Liman itu dan sekarang tempat itu menjadi Simoroto. Akhirnya sebelum dia sampai ke tanah Wengker dia kembali lagi ke Kediri. Dia keluar digua Selomangklung. Sekarang nama tempat itu adalah selomangkleng.


Karena Dewi Songgo Langit sudah diboyong ke Wengker oleh Pujangganom dan tidak mau menjadi raja di Kediri, maka kekuasaan Kahuripan diberikan kepada kedua adiknya yang bernama Lembu Amiluhut dan Lembu Amijaya. Setelah Sangga Langit diboyong oleh Pujangganom ke daerah Wengker Bantar Angin, Dewi Sangga Langit mengubah nama tempat itu menjadi Ponorogo. Jaranan muncul di Kediri itu hanya untuk menggambarkan diboyongnya dewi Songgo langit dari Kediri menuju Wengker Bantar Angin. Pada saat boyongan ke Wengker, Dewi Sangga Langit dan Klana Sewandana diarak oleh Singo Barong. Pengarakan itu dilakukan dengan menerobos dari dalam tanah sambil berjoget. Alat musik yang dimainkan adalah berasal dari bambu dan besi. Pada zaman sekarang besi ini menjadi kenong.



Untuk mengenang sayembara yang diadakan oleh Dewi Songgo Langit dan Pernikahanya dengan Klana Sewandono atau Pujangga Anom inilah masyarakat Kediri membuat kesenian jaranan. Di jaranan juga ada banyak Pakem yang dipakai. Ditambah lagi ada berbagai versi cerita mengenai jaranan ini. Tetapi alur, tokoh, dan penohokahan yang ada dalam cerita, kebanyakan memiliki kesamaan, yakni kisah mengenai Dewi Sangga Langit. Di Kediri ada banyak sekali grub kesenian Jaranan. Turonggo Putro 1995 merupakan salah satu dari grub jaranan yang ada di kabupaten Kediri. Turonggo Putro 1995 ini juga menggusung cerita diboyongnya Dewi Songgo Langit dari Kediri ke Wengker. Grub jaranan Turonggo Putro ini bersanggar di Dusun Tundan, Desa Purwotengah Kecamatan Papar. Bagi teman-teman yang tertarik soal jaranan Kediri bisa langsung datang melihat dan berkunjung ke sanggar Turonggo Putro 1995 yang ada di dusun Tundan, Desa Purwotengah.



Salam budaya.

Rahayu Rahayu Rahayu.

43 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


Post: Blog2 Post
bottom of page